Timbunan uang tunai perusahaan milik Warren Buffett, yakni Berkshire Hathaway semakin menggunung. Nominalnya mencapai US$ 277 miliar atau setara Rp 4.461 triliun.
Tumpukan uang itu terjadi setelah Warren Buffett melepas sejumlah portofolio unggulan miliknya, seperti saham Apple, Bank of America, dan BYD.
Hal ini membuat beberapa orang percaya Oracle of Omaha itu telah khawatir bullish di pasar saham sudah terlalu panas, berdasarkan laporan CNBC International.
Dalam pertemuan tahunan Berkshire pada Mei, Buffett memang telah mengakui secara terbuka akan berinvestasi lebih banyak uang, tetapi harga saham yang tinggi membuatnya berhenti sejenak.
“Kami mau saja belanja saham, tapi tidak kami melakukannya kecuali ada yang memiliki risiko sangat kecil dan menghasilkan banyak uang. Ini bukan seperti saya mogok makan atau sesuatu seperti itu. Ini (pasar) hanya sedang tidak menarik,” kata Buffett.
Buffett memangkas kepemilikannya di Apple secara besar-besarannya, mencapai 13% pada kuartal pertama karena alasan pajak setelah meraup keuntungan besar. Kemudian Buffett kembali melepas kepemilikannya hampir 50% di Apple pada pekan pertama Agustus 2024.
Lalu, ia juga mengambil langkah mengejutkan, dengan mulai melepas saham Bank of America, kepemilikan terbesar kedua setelah Apple. Selama 12 sesi perdagangan terakhir, Berkshire telah menjual US$ 3,8 miliar saham bank yang berbasis di Charlotte tersebut.
Pundi-pundi raksasa Buffett telah menghasilkan imbal hasil yang cukup besar karena lonjakan imbal hasil Treasury selama dua tahun terakhir, tetapi dengan suku bunga yang akan turun dari level tertinggi selama beberapa tahun, tumpukan uangnya yang menggunung dapat kembali mengundang pertanyaan.
Jika diinvestasikan dalam tagihan Treasury tiga bulan sekitar 5%, uang tunai US$ 200 miliar akan menghasilkan sekitar US$10 miliar per tahun, atau US$2,5 miliar per kuartal, tetapi imbal hasil tersebut akan menurun setelah Federal Reserve mulai menurunkan suku bunga.
“Ini hanya masalah berapa lama mereka akan menahannya,” kata Andrew Kligerman, analis Berkshire dari TD Cowen.