4 Saham yang Masuk Indeks MSCI Loyo, Cuma 1 yang Perkasa

Foto: Karyawan berada di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (12/8/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Lima saham yang masuk ke dalam indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) Small Cap secara mayoritas terkoreksi pada sesi I Selasa (20/8/2024), meski sejak perdagangan 13 Agustus lalu terpantau beberapa masih melesat.

Per pukul 09:46 WIB, hanya saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang berhasil melesat pada sesi I hari ini, yakni 1,31% ke posisi Rp 3.860/unit.

Sedangkan empat saham lainnya cenderung terkoreksi, dengan saham PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) menjadi yang paling parah koreksinya, yakni ambles 3,59% ke Rp 322/saham.

Meski secara mayoritas terkoreksi pada sesi I hari ini, tetapi sejak perdagangan 13 Agustus lalu atau sejak diumumkannya susunan baru indeks Small Cap MSCI, tetapi tiga saham terpantau masih melesat, yakni saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT MD Entertainment Tbk (FILM), dan WIKA.

Sedangkan sepanjang tahun ini, saham PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY), FILM, dan WIKA masih terbang hingga belasan bahkan puluhan persen.

Berikut pergerakan saham yang masuk ke dalam indeks MSCI Small Cap Index.

MSCI merupakan indeks saham dan obligasi dari lembaga riset Morgan Stanley sebagai salah satu acuan investor. Indeks ini banyak digunakan sebagai acuan manajer investasi dunia sebagai dasar pemilihan aset.

Indeks MSCI terpopuler adalah MSCI World Index, yang mencakup emiten-emiten dari berbagai negara di seluruh dunia. Selain itu, MSCI juga mengeluarkan indeks-indeks seperti MSCI Emerging Markets Index untuk negara-negara berkembang.

Indeks ini telah memiliki kepercayaan yang kuat di mata investor sebab mampu memberikan imbal hasil. Dalam industri keuangan, MSCI memiliki peran penting, kredibilitas MSCI membuat reksadana indeks atau ETF banyak menggunakan dan mengacu aset pilihan MSCI.

Berdasarkan hal tersebut, banyak investor beranggapan keluar masuk konstituennya dalam MSCI akan mempengaruhi perubahan harga. Padahal, berinvestasi dengan membeli indeks MSCI secara langsung tidak dapat dilakukan.

Tujuan indeks ini adalah mereplikasi kinerja indeks tertentu. Kemudian, terdapat institusi yang mengacu pada MSCI dengan mencoba mencocokkan dan mengelola portofolio. Investor dapat membeli reksadana indeks tanpa memerlukan dana besar.

Selain saham dan obligasi, instrumen Exchange-Traded Fund (ETF) juga merupakan opsi investasi yang terdaftar di bursa saham sekaligus melacak indeks MSCI. Investor dapat membeli indeks MSCI melalui ETF atau reksadana indeks yang disediakan oleh manajer investasi, platform perdagangan online, dan melalui broker saham.

Indeks MSCI sering kali menjadi perbincangan akibat pilihan sahamnya dari berbagai negara, industri, kapitalisasi pasar, dan sebagainya. Berdasarkan hal tersebut, investor global akan mengacu pada indeks MSCI sebagai emiten pilihan awalnya.

Faktor-faktor tersebutlah yang berpotensi mempengaruhi pergerakan saham yang masuk dalam indeks MSCI menguat dan saham yang didepak anjlok. Namun, tidak semua keputusan beli atau jual mengindikasikan harga saham nya sudah tidak dapat naik atau turun lagi.

Sehingga, saham yang masuk indeks MSCI akan mengalami kenaikan harga dan saham yang didepak akan terkoreksi merupakan mitos.

Namun, faktanya adalah saham yang masuk atau didepak indeks akan cenderung mengalami tekanan beli atau jual.

Faktor keharusan reksadana indeks atau ETF mengikuti update emiten yang dipilih merupakan faktor tekanan beli atau jual dalam jangka pendek. Namun, MSCI sudah mempertimbangkan emiten yang dipilih melalui tingkatan likuiditas sahamnya, sehingga tekanan beli atau jual tidak mempengaruhi perubahan harga signifikan.

Salah satu produk MSCI yang terpopuler di Indonesia dengan pilihan emiten yang likuid adalah MSCI Indonesia Index..

kera4d

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*