Pemerintah Australia tengah meningkatkan kemampuan pertahanannya. Negara tetangga RI itu kini menggejot produksi rudal dan akan meningkatkan persediaan senjata serta ekspor ke mitra keamanan.
Langkah ini diambil di tengah kekhawatiran besar perang pecah di Asia Pasifik. Kepanikan timbul usai China melakukan uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) di Pasifik Selatan, September.
Hal ini ditegaskan Menteri Perindustrian Pertahanan Pat Conroy. Ia mengatakan Australia tengah meningkatkan kemampuan pertahanan rudal dan serangan jarak jauh.
Negara itu juga akan bekerja sama dengan mitra keamanan seperti Amerika Serikat (AS), Jepang, dan Korea Selatan (Korsel). Ketiga negara tersebut merupakan sekutu Asia, yang kerap bersinggungan dengan China.
“Mengapa kita membutuhkan lebih banyak rudal?” katanya dalam pidato kepada National Press Club di Canberra, Rabu (30/10/2024), seperti dikutip Reuters.
“Persaingan strategis antara AS dan China merupakan ciri utama lingkungan keamanan Australia,” tegasnya.
Perlu diketahui, China menguji coba ICBM pada September yang menempuh jarak lebih dari 11.000 km hingga mendarat di Samudra Pasifik di timur laut Australia. Conroy mengatakan Indo Pasifik berada di ambang era “rudal baru” di mana senjata itu kini menjadi “alat pemaksaan” negara lain.
“Kami menyampaikan kekhawatiran yang signifikan tentang uji coba rudal balistik itu,” ujarnya menunjuk China.
“Terutama masuknya rudal tersebut ke Pasifik Selatan mengingat Perjanjian Rarotonga yang menyatakan bahwa Pasifik harus menjadi zona bebas senjata nuklir,” katanya menyinggung kesepakatan anti rudal negara-negara Pasifik.
Persenjataan Australia
Secara khusus, Australia sendiri telah mengerahkan rudal SM-6 pada armada kapal perusak angkatan lautnya untuk menyediakan pertahanan rudal balistik. Awal bulan ini, Australia mengumumkan kesepakatan senilai 7 miliar dolar Australia dengan AS untuk memperoleh rudal jarak jauh SM-2 IIIC dan Raytheon SM-6 untuk angkatan lautnya.
Australia memang telah menghabiskan 74 miliar dolar Australia untuk akuisisi rudal dan pertahanan rudal guna pertahanan negara dekade berikutnya. Termasuk 21 miliar dolar Australia untuk mendanai Australian Guided Weapons and Explosive Ordnance Enterprise, sebuah upaya manufaktur domestik yang baru.
“Kita harus menunjukkan kepada musuh potensial bahwa tindakan permusuhan terhadap Australia tidak akan berhasil dan tidak dapat dipertahankan jika konflik berlarut-larut,” kata Conroy dalam pidatonya.
Ke depan, Australia akan menghabiskan 316 juta dolar Australia. Ini untuk membangun pabrik lokal Guided Multiple Launch Rocket Systems, bermitra dengan Lockheed Martin.
Negara ini akan memproduksi senjata permukaan-ke-permukaan yang dapat dikerahkan dengan cepat untuk ekspor, mulai tahun 2029. Pabrik tersebut akan mampu memproduksi 4.000 GMLRS setahun atau seperempat dari produksi global saat ini.
Bersama Thales dari Prancis, Australia akan membangun pabrik amunisi artileri 155mm M795 di Australia, yang digunakan untuk produksi howitzer, di fasilitas amunisi milik pemerintah Australia di kota kecil Benalla, Victoria. Pabrik ini akan menjadi pabrik khusus pertama di luar AS, dengan produksi dimulai pada tahun 2028, dan kapasitasnya akan ditingkatkan hingga memproduksi 100.000 butir peluru setahun.
Di sisi lain Angkatan Laut Australia juga akan memiliki rudal Tomahawk, dengan jangkauan 2.500 km (1.550 mil). Di mana pada akhir tahun, yang akan meningkatkan jangkauan senjata armada sebanyak 10 kali lipat.
Warning Prabowo
Sebelumnya, Presiden RI Prabowo Subianto me-warning ancaman perang besar bisa terjadi di setiap saat. Hal ini ditegaskan Prabowo mengingatkan para menteri dan wakil menteri, dalam Sidang Kabinet Paripurna pekan lalu.
Menurutnya perang besar bisa pecah setiap saat. Ia khawatir bahwa ini akan mempengaruhi perekonomian Indonesia.
“Karenanya kita harus jamin beri makan sendiri, swasembada energi mutlak,” tegasnya.
Ini bukan hanya pertama kali disebutkan Prabowo. Sejak September ia mengatakan kondisi dunia saat ini, menurut pakar, mendekati kemungkinan pecahnya Perang Dunia ke-3.
“Para pakar-pakar strategi dunia mengatakan bahwa kita sekarang berada dalam kondisi yang sangat mendekati kemungkinan pecahnya Perang Dunia ke-3. Kalau pecah PD 3, akan terjadi perang nuklir,” ujarnya.
“Sejarah menunjukkan bahwa kalau ada dua atau tiga kekuatan yang ingin memaksakan kehendaknya, perang itu meletus,” tegas Prabowo.