BMKG Ungkap Alasan Sebenarnya RI Dingin BedidinMusim Kemarau

Foto: Ilustrasi Kedinginan. (Dok. Freepik/Seva Levytskyi)

Selama beberapa hari terakhir, sejumlah daerah di Indonesia mengalami suhu udara yang cukup dingin. Pesan broadcast yang muncul di media sosial menyebut fenomena itu disebabkan oleh Aphelion, kondisi saat Bumi dan Matahari berada dalam jarak terjauhnya.

Namun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan fenomena suhu dingin itu bukan karena Aphelion. Kondisi tersebut tidak memiliki pengaruh banyak pada atmosfer atau cuaca.

“Sementara itu kondisi cuaca dingin yang terjadi di wilayah Indonesia pada periode bulan Juli tidak terkait dengan fenomena Aphelion. Saat Aphelion, posisi matahari memang berada pada titik jarak terjauh dari bumi. Kendati begitu, kondisi tersebut tidak berpengaruh banyak pada fenomena atmosfer atau cuaca di permukaan bumi,” jelas BMKG, dikutip dari laman resminya, Senin (22/7/2024).

BMKG menjelaskan fenomena suhu dingin terjadi alamiah pada bulan puncak musim kemarau, yakni pada bulan Juli hingga September mendatang.

“Fenomena suhu udara dingin sebetulnya merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau (Juli – September),” kata lembaga tersebut.

Periode ini ditandai saat adanya pergerakan angin dari timur ke tenggara dari Australia. Di saat bersamaan, Benua Australia tengah dalam periode musim dingin, pola tekanan udara juga relatif tinggi.

Pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia melewati Samudra Hindia memiliki suhu permukaan yang relatif dingin. Inilah yang membuat suhu pada beberapa wilayah, khususnya di bagian selatan khatulistiwa terasa lebih dingin.

“Selain dampak angin dari Australia, berkurangnya awan dan hujan di Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara turut berpengaruh ke suhu yang dingin di malam hari. Sebab, tidak adanya uap air dan air menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer,” kata BMKG.

“Tak hanya itu, langit yang cenderung bersih awannya [clear sky] akan menyebabkan panas radiasi balik gelombang panjang ini langsung dilepas ke atmosfer luar sehingga kemudian membuat udara dekat permukaan terasa lebih dingin terutama pada malam hingga pagi hari. Hal ini yang kemudian membuat udara terasa lebih dingin terutama pada malam hari,” ujar lembaga itu menambahkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*