Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika serikat (AS) kembali ditutup cerah pada perdagangan Rabu (14/8/2024). Di tengah respon positif investor terkait rilis data inflasi produsen (PPI) yang melandai dan penantian inflasi konsumen Amerika Serikat (AS) (CPI) malam hari ini.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup di harga Rp15.675/US$ menguat 0,98% dari harga closing kemarin (13/8/2024). Penguatan ini menghantarkan rupiah ke titik terkuatnya selama hampir lima bulan terakhir atau semenjak 21 Maret 2024.
Di lain sisi, indeks dolar AS (DXY) terpantau menguat tipis sebesar 0,02% ke level 102,584. Pertumbuhan ini berbanding terbalik dengan penutupan hari kemarin yang mengalami penurunan tajam sebesar 0,56%.
Penguatan rupiah ini berdasarkan pada Indeks harga produsen (PPI) yang mendorong kepercayaan investor dan menjelang rilis indeks harga konsumen (CPI) pada hari ini.
Data PPI menunjukkan kenaikan tipis 0,1% secara bulanan pada Juli, setelah meningkat 0,2% pada Juni. PPI tahunan hingga Juli tercatat naik 2,2%, lebih rendah daripada 2,7% di bulan sebelumnya, yang menunjukkan penurunan tekanan inflasi.
Penurunan terbesar terjadi pada sektor jasa, yang mencatat penurunan harga sebesar 0,2%, terutama dalam margin perdagangan yang turun 1,3%, penurunan terbesar sejak Februari 2015.
David Russell dari TradeStation mengatakan bahwa investor yang mengharapkan harga saham turun mungkin merasa kecewa karena harga yang diantisipasi tidak mengalami penurunan signifikan.
Sementara pada malam hari ini, CPI diharapkan menunjukkan kenaikan bulanan sebesar 0,2%, berbanding terbalik dari penurunan 0,1% di bulan sebelumnya, dengan inflasi tahunan diperkirakan turun dari 3% menjadi 2,9%.
Sementara itu, inflasi inti diprediksi akan sedikit menurun dari 3,3% menjadi 3,2% secara tahunan.
Kedua data ini akan menjadi pertimbangan penting bagi bank sentral AS (The Fed) dalam menentukan kebijakan moneternya pada September 2024.
Pasar memperkirakan adanya penurunan suku bunga sebesar 25 hingga 50 basis poin (bps) pada pertemuan bulan tersebut, diikuti dengan penurunan serupa pada pertemuan November dan Desember.
Berdasarkan perangkat CME FedWatch Tool, peluang pemangkasan suku bunga The Fed pada September menjadi 4,75% – 5,00% mencapai 52,5%. Sedangkan pada akhir tahun, suku bunga The Fed diproyeksikan berada di kisaran 4,25%-4,50%.
Untuk diketahui, The Fed sendiri telah mempertahankan suku bunga acuan pada kisaran 5,25%-5,50% selama setahun terakhir, setelah menaikkan sebesar 525 bps sejak 2022.