Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup merana pada perdagangan Senin (18/11/2024), di tengah wait and see investor terkait rilis data ekonomi dan agenda penting di Indonesia pada pekan ini.
IHSG ditutup melemah 0,38% ke posisi 7.134,28. Meski kembali terkoreksi, tetapi IHSG masih berada di level psikologis 7.100.
Nilai transaksi indeks pada hari ini mencapai sekitar Rp 10 triliun dengan melibatkan 21 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,1 juta kali. Sebanyak 198 saham naik, 397 saham turun, dan 193 saham stagnan.
Secara sektoral, sektor teknologi, properti, dan energi menjadi penekan terbesar IHSG pada akhir perdagangan hari ini yakni masing-masing mencapai 1,46%, 1,38%, dan 1,05%
Sementara dari sisi saham, dua emiten perbankan raksasa yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), serta emiten energi baru terbarukan (EBT) konglomerasi Prajogo Pangestu yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi penekan IHSG masing-masing mencapai 14,5, 6,5, dan 7,6 indeks poin.
IHSG kembali merana di tengah sikap investor yang menanti rilis data ekonomi terbaru di RI yang akan dirilis pada pekan ini, seperti data transaksi berjalan dan data uang beredar.
Namun yang utama, investor menanti keputusan suku bunga terbaru dari Bank Indonesia (BI), di mana mereka menanti apakah BI akan kembali menahan suku bunga acuannya di tengah merananya rupiah dalam beberapa hari terakhir.
Rapat Dewan Gubernur BI (RDG) akan dimulai pada Selasa pekan ini hingga Rabu, dan hasilnya akan diumumkan pada Rabu siang sekitar pukul 14:00 WIB. Pada hari yang sama, BI akan merilis kebijakan terbaru dari deposit facility rate dan lending facility rate.
Sebagai catatan, pada Oktober lalu, BI menahan suku bunganya di level 6% dengan Suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.
“Keputusan ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5% pada 2024 dan 2025,” jelas Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur di kantornya, Rabu (16/10/2024).
Kebijakan tersebut ditujukan juga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi serta menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
“Fokus kebijakan moneter jangka pendek ini pada stabilitas nilai tukar rupiah karena meningkatnya ketidakpastian para keuangan global,” ujarnya.
Dari global, bank sentral China (People’s Bank of China/PBoC) juga akan mengumumkan kebijakan suku bunganya di hari yang sama dengan RDG BI.
China lewat Loan Prime Rate (LPR) tenor satu dan lima tahun diperkirakan pasar masih akan menahan suku bunganya masing-masing sebesar 3,1% dan 3,6% setelah sebelumnya memangkas suku bunganya dari 3,35% dan 3,85%.
Untuk diketahui, LPR satu tahun memengaruhi pinjaman perusahaan dan sebagian besar pinjaman rumah tangga di China, sementara LPR lima tahun digunakan sebagai acuan untuk suku bunga hipotek.
Langkah ini sudah diperkirakan. Sebelumnya, Gubernur PBoC, Pan Gongsheng, telah mengindikasikan bahwa tingkat suku bunga acuan pinjaman akan dipangkas 20 hingga 25 basis poin (bps).