Menteri Keuangan Sri Mulyani beserta jajaran eselon I Kementerian Keuangan telah memulai proses serah terima jabatan dengan wakil menteri keuangan (wamenkeu) baru, yakni Thomas Djiwandono yang telah dilantik sebagai Wamenkeu II, Kamis (18/7/2024).
Saat prosesi itu, Sri Mulyani menitip pesan kepada Thomas supaya terus berusaha menjaga kesehatan fiskal Indonesia, sehingga anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) hingga 2025 terus sehat, atau hingga Presiden Terpilih Prabowo Subianto mulai efektif menjalankan pemerintahan.
“Nah pak Thomas Djiwandono sebagai Wamenkeu akan kerja sama Pak Wamekeu sekarang, Pak Suahasil dan juga seluruh pejabat eselon I untuk bisa menjalan tugas mengelola keuangan negara, tugas sebagai bendahara negara,” ucap Sri Mulyani saat menyambut Thomas di kantornya, dikutip Jumat (19/7/2024).
Sri Mulyani menekankan, kesehatan APBN menjadi sangat penting karena dinamika perekonomian global terus meningkat hingga tahun-tahun mendatang. Ditandai dengan terus melemahnya proyeksi pertumbuhan ekonomi global sebagaimana perkiraan berbagai lembaga internasional.
Asian Development Bank atau ADB telah memperkirakan, pertumbuhan ekonomi kawasan Asia sendiri akan tumbuh melambat pada 2025 dibanding 2024. Pada tahun ini ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi kawasan Asia tumbuh 5% sedangkan pada 2025 menjadi 4,9%.
Sementara itu Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2025 memang akan tumbuh lebih cepat dari 2024, yakni dari 3,2% menjadi 3,3%. Namun, risiko penurunan pertumbuhan masih besar terjadi.
Pertama ialah risiko masih tingginya suku bunga acuan global. Dipicu oleh tantangan lebih lanjut terhadap disinflasi di negara maju, khususnya Amerika Serikat (AS). Hal ini berpotensi memaksa bank sentral, termasuk Federal Reserve, untuk menjaga biaya pinjaman lebih tinggi lebih lama lagi.
Risiko kedua terletak pada tantangan fiskal secara global yang makin tinggi, dipicu konsolidasi defisit anggaran yang sulit kembali ke posisi normal di sejumlah negara setelah masa Pandemi Covid-19. Diiringi dengan potensi peningkatan rasio utang terhadap PDB di banyak negara.
“Dinamika global dan negara akan terus meningkat, sekaligus kita harus mampu mitigasi risiko supaya bisa jaga stabilitas ekonomi, menjaga momentum pertumbuhan, sekaligsus menjaga instrumen fiskal atau APBN agar terus sehat, berkelanjutan,” tuturnya.
Kerasnya lingkungan ekonomi global juga ditunjukkan dari kekhawatiran IMF terhadap perang perdagangan yang makin intens. Tercermin dari maraknya kebijakan pembatasan perdagangan global yang meningkat pesat pada 2023 dengan jumlah mencapai 3.000 pembatasan. Padahal, pada 2019, kebijakan pembatasan perdagangan secara global hanya 1.000 pemberlakuan.
Oleh sebab itu, guna menjaga Indonesia dari berbagai tekanan ekonomi global itu, Sri Mulyani menekankan kepada Thomas supaya APBN terus dijaga kesehatan sesuai dengan batasan-batasan aman pengelolaan dalam Undang-Undang Keuangan Negara.
“Dengan demikian kita harapkan proses transisi akan berjalan lancar baik dan menjaga keberlanjutan dari pengelolaan keuangan negara berdasarkan tata kelola yang baik, prudent, akuntabel, disiplin, dan kredibel,” paparnya.